Penerapan Good Manufacturing Practice adalah salah satu bentuk tanggung jawab bisnis yang bergerak di industri pangan atau kuliner kepada konsumennya. Mereka harus memastikan bahwa bisnisnya sudah menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP) dalam segala aspek atau komponen yang terkait dengan proses produksi makanannya. Hal serupa juga berlaku dalam industri produk obat, di mana penerapan GMP sangat penting untuk menjaga kualitas produk obat dan sistem manajemen yang efektif.
Apakah yang dimaksud dengan GMP itu? Mengapa bisnis harus menerapkan pedoman ini dalam proses produksi makanannya? Untuk mengetahui jawabannya, mari simak artikel ini sampai selesai!
Contents
- Pengertian Good Manufacturing Practice
- Jenis-Jenis GMP Di Indonesia
- Manfaat Penerapan Good Manufacturing Practice
- INDIKATOR GOOD MANUFACTURING PRACTICE YANG BAIK
- Komponen Dasar Good Manufacturing Practice
- 1. Lokasi Usaha atau Pabrik
- 2. Bangunan
- 3. Produk Akhir
- 4. Peralatan Pengolahan
- 5. Bahan Produksi
- 6. Kebersihan dan Kesehatan Karyawan
- 7. Pengendalian Proses Pengolahan
- 8. Fasilitas Sanitasi
- 9. Label
- 10. Keterangan Produk
- 11. Penyimpanan
- 12. Pemeliharaan Sarana Pengolahan dan Kegiatan Sanitasi
- 13. Laboratorium
- 14. Kemasan
- 15. Transportasi
- 16. Pembinaan
- 17. Penarikan Produk
- 18. Pelaksanaan pedoman
Pengertian Good Manufacturing Practice
Good Manufacturing Practice adalah seperangkat pedoman dan prinsip yang bertujuan untuk memastikan bahwa produsen memproduksi produk makanan dan minuman dengan kualitas yang konsisten, aman, dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Penerapan GMP bertujuan untuk menciptakan lingkungan produksi yang bersih, mengurangi risiko kontaminasi, serta meningkatkan integritas produk. Inti dari pedoman GMP adalah menjaga setiap tahap produksi berjalan sesuai dengan standar mutu yang tinggi sehingga menghasilkan produk yang aman dan berkualitas untuk konsumen.
Di Indonesia, GMP telah diberlakukan sejak tahun 1978 melalui Surat Keputusan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No. 23/MEN.KES/SKJI/1978 yang membahas Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB).
Baca juga: Mengenal Apa Itu Food Safety Management System dan Manfaatnya
Jenis-Jenis GMP Di Indonesia
Di Indonesia, ada empat jenis GMP yang umum digunakan, yaitu CPOB, CPMB, CPKB, dan CPOTB.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai jenis-jenis GMP di atas:
- CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik): Standar GMP yang mengatur tata cara memproduksi obat-obatan secara baik dan benar.
- CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik): Standar GMP yang mengatur tata cara memproduksi makanan dan minuman.
- CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik): Standar GMP yang mengatur tata cara memproduksi produk kosmetik.
- CPOTB (Cara Pembuatan Produk Lain yang Baik): Standar GMP yang mengatur tata cara memproduksi produk lain, seperti produk farmasi.
Secara umum, Good Manufacturing Practice (GMP) memberikan panduan dan serangkaian persyaratan manajemen yang harus dipatuhi oleh semua perusahaan. Proses manajemen ini mencakup seluruh proses produksi, mulai dari pengelolaan bahan mentah hingga produk jadi yang siap dikonsumsi.
Baca juga: Ada Macam-Macam Sertifikasi Pangan yang Ada di Indonesia
Manfaat Penerapan Good Manufacturing Practice
Penerapan GMP memberikan manfaat yang signifikan tidak hanya pada bisnis, tetapi juga konsumen dan pemerintah. Apa saja manfaatnya? Berikut adalah penjelasannya!
Manfaat untuk Bisnis Makanan
Pebisnis di bidang industri makanan dan minuman pasti menginginkan pasar yang luas dan kepercayaan yang tinggi dari konsumen. Inilah alasan mengapa GMP sangat berharga bagi bisnis:
1. Melindungi Pasar
Kualitas produk adalah kunci utama dalam dunia bisnis yang kian kompetitif. Penerapan GMP, dapat meningkatkan citra positif produk makanan di mata konsumen. Stabilitas pasar pun terjaga, karena jika ada satu konsumen yang kecewa dan menyuarakan keluhannya terkait produk makanan, dampaknya tidak akan merusak reputasi produk secara keseluruhan di pasar.
2. Kepercayaan Konsumen
Konsumen yang merasakan manfaat positif dari produk makanan atau minuman akan merasa lebih percaya pada produk tersebut. Mereka merasa yakin untuk terus mengonsumsi produk dari bisnis tersebut tanpa ragu karena yakin bahwa produk tersebut layak untuk dikonsumsi. Lebih dari itu, mereka juga akan merekomendasikan produk tersebut kepada teman dan keluarganya.
3. Tujuan GMP untuk Perusahaan
Penerapan GMP juga memiliki keuntungan di sisi pemilik bisnis karena bisa menjaga loyalitas pelanggan melalui peningkatan kepercayaan konsumen terhadap produk makanan yang dihasilkan.
Bisnis pun lebih mudah dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Selain itu, bisnis juga bisa menciptakan efisiensi operasional sehingga bisa mengurangi biaya operasional yang tidak diperlukan.
Manfaat untuk Konsumen
Bagi konsumen, GMP memberikan manfaat sebagai berikut:
4. Keselamatan Konsumen
Penerapan GMP yang benar akan menghasilkan produk makanan dan minuman yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Keselamatan konsumen tetap terjaga ketika mengonsumsi produk makanan tersebut.
5. Pengetahuan Produk Bagi Konsumen
Konsumen berhak untuk mendapatkan informasi detail tentang produk yang dikonsumsi. Penerapan aturan GMP akan memudahkan konsumen untuk menemukan informasi penting mengenai produk, seperti komposisi bahan makanan, tanggal kedaluwarsa, tanggal produksi, dan informasi lainnya yang relevan.
Baca juga: Ternyata Begini Cara Membaca Expired Date pada Makanan, Bunda Wajib Tahu
Manfaat untuk Pemerintah
GMP tidak hanya memberikan manfaat bagi konsumen dan bisnis makanan, tetapi juga berdampak positif bagi pemerintah. Berikut adalah manfaat GMP bagi salah satu pemangku kebijakan (stakeholder) dalam bisnis makanan.
6. Melindungi para Konsumen
Pemerintah bisa memberikan perlindungan kepada konsumen dari risiko mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak layak konsumsi. Kewajiban pemerintah dalam melindungi masyarakat terpenuhi karena kualitas dan keselamatan produk makanan yang beredar di pasar tetap terjamin.
7. Memberikan Jaminan pada Masyarakat
Produk makanan yang beredar di pasar telah melewati proses yang sesuai dengan GMP sehingga telah diberikan jaminan oleh pemerintah sebagai produk yang layak dikonsumsi. Masyarakat pun merasakan kepastian sehingga mereka bisa mengonsumsi produk makanan tanpa ragu. Pada akhirnya, manfaat ini berkontribusi pada peningkatan pendapatan negara.
8. Memberikan Edukasi Pada Masyarakat
GMP membantu pemerintah dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai produk makanan dan minuman yang layak dikonsumsi. Masyarakat pun lebih memahami proses produksi makanan mulai dari bahan, proses pengemasan, hingga informasi yang terdapat pada kemasan makanan tersebut.
Baca juga: Masalah Keamanan Pangan di Indonesia dan Bagaimana AI dapat Membantu Mengatasinya
INDIKATOR GOOD MANUFACTURING PRACTICE YANG BAIK
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku industri terkait implementasi GMP.
1. KOMITMEN YANG SAMA DARI SELURUH PIHAK
Proses produksi yang efektif akan menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi. Kolaborasi dari semua pihak dalam proses produksi menjadi kunci utama. Visi, misi, dan komitmen yang sejalan akan mendukung tercapainya hasil produksi yang diinginkan.
Komitmen ini tidak hanya datang dari pimpinan perusahaan, tetapi juga dari seluruh anggota tim yang terlibat dalam setiap tahapan produksi. Baik itu dari staf, karyawan, manajer, hingga pekerja lainnya, semua memiliki peran penting dalam memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Good Manufacturing Practice.
2. STANDAR KUALITAS PRODUK
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, GMP merujuk pada standar dan kualitas yang harus dicapai dalam proses produksi.
Secara prinsip, standar mutu dan kualitas produksi tidak hanya berfokus pada barang yang akan diproduksi. Lebih dari itu, standar ini juga mencakup aspek-aspek eksternal lainnya. Sebagai contoh, proses produksi makanan yang berkualitas memerlukan fasilitas dan lingkungan produksi yang mendukung.
Adopsi standar mutu dan kualitas lingkungan ini bisa digunakan sebagai tolak ukur untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini juga penting sebagai bagian dari evaluasi terhadap praktik manufaktur di perusahaan.
3. KEPATUHAN DALAM STANDARD GOOD MANUFACTURING PRACTICE
Implementasi Good Manufacturing Practice (GMP) adalah konsep yang membutuhkan komitmen jangka panjang dan konsistensi. Kerjasama antar berbagai pihak di perusahaan harus dipertahankan secara berkelanjutan untuk mencapai indikator GMP yang diperlukan.
Oleh sebab itu, semua anggota perusahaan harus taat pada standar GMP untuk mencapai tujuan perusahaan dengan baik.
Komponen Dasar Good Manufacturing Practice
Komponen atau aspek yang terdapat dalam Good Manufacturing Practices terdiri dari 18 aspek yang telah ditetapkan berdasarkan aturan dari Menteri Perindustrian dengan Nomor 75/M/IND/PER/7/2010. Berikut adalah rincian dari 18 aspek tersebut:
1. Lokasi Usaha atau Pabrik
Tempat usaha atau pabrik harus berlokasi dengan akses jalan masuk yang mudah, infrastruktur jalan yang memadai, serta jauh dari permukiman penduduk dan potensi pencemaran. Selain itu, pabrik juga harus memiliki pintu masuk dan keluar yang terpisah.
2. Bangunan
Konstruksi, desain, dan tata ruang bangunan harus memenuhi standar mutu dan teknik perencanaan yang berlaku serta disesuaikan dengan jenis produk yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan dalam bangunan harus mudah dibersihkan, dipelihara, dan dapat dilakukan sanitasi, serta tidak bersifat toksik.
3. Produk Akhir
Sebelum dipasarkan, produk akhir harus menjalani uji secara kimia, fisik, dan mikrobiologi untuk memastikan kualitasnya.
4. Peralatan Pengolahan
Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan harus memenuhi standar teknik, mutu, dan higienis. Peralatan tersebut harus bersifat tidak toksik, tahan karat, kuat, tidak menyerap air, tidak mengelupas, mudah dibersihkan, dan dilakukan sanitasi.
Baca juga: Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan yang Wajib Diperhatikan
5. Bahan Produksi
Bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan untuk menghasilkan produk harus sesuai dengan standar mutu yang berlaku dan tidak membahayakan kesehatan konsumen. Setiap bahan harus mengalami pengujian secara organoleptik, fisik, kimia, biologi, dan mikrobiologi sebelum diproses.
6. Kebersihan dan Kesehatan Karyawan
Semua karyawan yang terlibat dalam proses produksi harus menjalani pemeriksaan rutin minimal enam bulan sekali. Selain itu, mereka tidak diperbolehkan melakukan kebiasaan yang berisiko meningkatkan kontaminasi produk, seperti bersandar pada peralatan, mengusap muka, meludah sembarangan, serta menggunakan arloji dan perhiasan saat proses produksi berlangsung.
7. Pengendalian Proses Pengolahan
Pengendalian proses pengolahan dilakukan dengan melakukan pengecekan alur proses secara berkala, menerapkan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures), dan melakukan pemeriksaan berkala pada bahan baku dengan mengujinya secara organoleptik, fisik, kimia, dan biologis.
8. Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi yang digunakan harus memenuhi syarat mutu yang berlaku. Fasilitas ini termasuk sarana air bersih yang mencukupi, saluran yang terpisah untuk proses sanitasi dan produksi, serta penggunaan air sesuai dengan syarat mutu air minum. Fasilitas sanitasi juga harus diawasi secara berkala.
Baca juga: Apa Itu HACCP: Pengertian, Prinsip dan Contoh Penerapannya di Industri Pangan
9. Label
Label yang tertulis pada kemasan harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pencantuman label pada kemasan produk makanan atau minuman.
10. Keterangan Produk
Keterangan produk yang tertulis dalam kemasan harus lengkap dan mencakup informasi tentang cara penyimpanan, kandungan gizi, produsen, dan tanggal kedaluwarsa.
11. Penyimpanan
Bahan baku dan produk harus disimpan secara terpisah untuk mencegah kontaminasi. Proses penyimpanan juga harus memisahkan bahan kimiawi atau bersifat toksik dari bahan pangan, serta bahan yang dikemas dengan bahan yang tidak dikemas.
12. Pemeliharaan Sarana Pengolahan dan Kegiatan Sanitasi
Pemeliharaan sarana pengolahan harus dilakukan dengan menerapkan proses sanitasi pada peralatan sebelum dan setelah proses produksi. Selain itu, kegiatan sanitasi harus mencegah masuknya binatang atau hama ke dalam ruang produksi.
13. Laboratorium
Produsen yang bergerak dalam bidang pangan harus memiliki laboratorium untuk melakukan uji fisik, kimia, biologis, dan mikrobiologis pada bahan yang digunakan sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Menteri Kesehatan.
14. Kemasan
Bahan baku kemasan yang digunakan untuk produk pangan haruslah tidak bersifat toksik agar tidak mencemari atau mengontaminasi produk sehingga aman untuk kesehatan konsumen.
15. Transportasi
Sarana transportasi yang digunakan untuk mengangkut bahan pangan harus dirancang agar bahan pangan tidak terkontaminasi dan terlindungi dari kerusakan. Penjagaan bahan baku atau produk dilakukan dengan melengkapi sarana transportasi dengan fasilitas yang diperlukan, seperti alat pendingin.
16. Pembinaan
Pembinaan merupakan hal penting bagi industri pengolahan pangan dalam melaksanakan hygiene system. Program pelatihan harus mencakup dasar-dasar kebersihan karyawan dan kebersihan pengolahan pangan. Faktor yang menyebabkan penurunan mutu dan kerusakan pangan olahan juga perlu diberikan perhatian.
17. Penarikan Produk
Penarikan produk dari peredaran atau pasaran dilakukan apabila produk tersebut diduga menjadi penyebab timbulnya penyakit atau keracunan pada produk pangan. Jika produk tersebut diduga menimbulkan bahaya, maka diperlukan tindakan penarikan produk dari peredaran atau pasaran yang harus dilakukan oleh perusahaan.
18. Pelaksanaan pedoman
Terakhir, produsen harus mendokumentasikan penerapan GMP. Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas sumber daya yang diperlukan untuk menjamin penerapan GMP.
Kesimpulannya, Good Manufacturing Practice adalah pedoman yang harus dipatuhi oleh produsen di industri pangan atau kuliner agar produk makanan atau minuman yang dihasilkan tetap aman dikonsumsi oleh konsumen. Komponen yang perlu diperhatikan dalam GMP tidak hanya berputar pada bahan baku dan peralatan yang digunakan, tetapi juga kebersihan lingkungan dan karyawan yang terlibat di dalam proses produksinya.
Salah satu produsen di bidang kuliner yang telah menerapkan Good Manufacturing Practice adalah Crystal of the Sea. Setiap produk makanan yang kami hasilkan sudah mematuhi prinsip GMP sehingga aman dikonsumsi oleh keluarga Anda.
Baca juga: Prinsip GMP yang Harus Diperhatikan dalam Industri Pangan
Produk unggulan kami, yaitu food powder Bubuk Ikan Teri Nasi Non-MSG Ukuran 20g | White Anchovy Powder (20g), menerapkan GMP dengan tidak menggunakan bahan pengawet seperti formalin. Keunggulan inilah yang membuat food powder dari Crystal of the Sea aman dikonsumsi oleh lansia, ibu hamil, dan bayi yang baru mulai MPASI.
Hubungi kami di sini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai produk unggulan Crystal of the Sea lainnya!
Sumber rujukan:
- https://accurate.id/bisnis-ukm/good-manufacturing-practice/
- https://isokonsultindo.com/good-manufacturing-practices
- https://disnak.sumbarprov.go.id/info/detil/99/penerapan-good-manufacturing-practice-(gmp)-sebagai-strategi-dalam-peningkatan-mutu-dan-keamanan-produk-olahan-peternakan-.html