Mitos dan Fakta tentang GTM: Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Memahami GTM: Apakah Wajar Terjadi?

Gerakan Tutup Mulut (GTM) kerap menjadi tantangan besar bagi orang tua, terutama saat anak mulai memasuki fase Makanan Pendamping ASI (MPASI). GTM terjadi ketika anak menolak makan dengan cara menutup mulut, melepeh, atau menyemburkan makanan. Namun, apakah kondisi ini bisa dianggap normal?

Menurut dr. Deva Putriane, Cht, CPHCT, konselor ASI dan MPASI, GTM bisa terjadi karena berbagai alasan. Jika anak sedang sakit, GTM adalah reaksi yang wajar, seperti halnya orang dewasa yang kehilangan nafsu makan saat tidak enak badan. Namun, jika GTM muncul saat anak dalam kondisi sehat, maka orang tua perlu mengevaluasi kembali cara pemberian makanan, tekstur makanan, hingga kondisi emosional anak saat makan.

Cek produk kami:

Penyebab GTM yang Perlu Diketahui

GTM bukanlah kondisi tunggal dengan satu penyebab. Beberapa faktor umum yang memicu GTM antara lain:

  • Keterlambatan naik tekstur makanan, sehingga anak kesulitan mengunyah atau merasa bosan dengan menu yang monoton.
  • Gangguan oromotor, di mana mulut anak belum terlatih untuk mengunyah dengan baik.
  • Pola makan tidak konsisten, seperti jadwal makan yang tidak jelas atau pemberian makanan terlalu sering dicampur dengan ASI tanpa jeda.
  • Stimulasi yang minim, baik dari sisi tekstur makanan maupun interaksi saat makan.
  • Suasana makan yang tidak kondusif, misalnya terlalu ramai, panas, atau sambil menonton gadget.

Mitos Seputar Penanganan GTM

1. GTM Bisa Diatasi dengan Vitamin Penambah Nafsu Makan

Tidak ada suplemen yang secara langsung mampu meningkatkan nafsu makan anak. Vitamin hanya membantu memperbaiki metabolisme tubuh agar anak merasa lebih nyaman dan aktif, yang secara tidak langsung bisa mempengaruhi nafsu makan. Fokus utama tetap pada perbaikan pola makan dan gaya hidup anak.

2. Susu Bisa Menggantikan Makanan Utama 

Susu, termasuk ASI, tidak bisa menggantikan makanan utama setelah anak berusia enam bulan. Makanan padat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan makro dan mikronutrien, terutama protein hewani, lemak sehat, zat besi, dan vitamin lainnya yang tidak bisa dipenuhi dari susu saja.

3. Makan Lama yang Penting Habis 

Durasi makan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Anak yang makan terlalu lama cenderung mengalami gangguan oromotor seperti mengemut atau melepeh makanan, yang berujung pada masalah artikulasi atau bahkan speech delay.

4. Suasana Makan Tidak Berpengaruh

Suasana makan yang nyaman, tanpa distraksi gadget atau suasana yang terlalu ramai, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan makan anak. Makan bersama keluarga, dengan orang tua sebagai role model, juga terbukti meningkatkan minat anak terhadap makanan.

Langkah Nyata Saat Anak Mengalami GTM

Menghadapi GTM bukan perkara mudah, namun juga bukan hal yang perlu dikhawatirkan berlebihan. Dr. Deva menyarankan beberapa langkah berikut:

  • Identifikasi penyebab GTM terlebih dahulu, apakah karena sakit, bosan, tekstur makanan, atau kondisi lingkungan.
  • Jangan terburu-buru memberikan gadget, susu, atau makanan manis sebagai pengalihan. Solusi instan justru memperparah pola makan anak di masa depan.
  • Terapkan feeding rules seperti makan di meja makan, tidak sambil bermain, tidak lebih dari 30 menit, dan berikan jeda antara ASI dan MPASI.
  • Lakukan stimulasi oromotor dengan latihan minum sedotan, pijat wajah, atau bermain dengan finger food bertekstur.
  • Libatkan ayah dalam proses makan anak, baik sebagai support system untuk ibu maupun sebagai pengganti sementara saat ibu merasa stres menghadapi GTM.
  • Perhatikan komposisi makanan, bukan hanya kuantitasnya. Fokus pada makanan bergizi tinggi, bukan sekadar makanan yang disukai anak.
  • Evaluasi ke dokter jika berat badan anak tidak naik dalam waktu satu bulan atau lebih. Bisa jadi ada kondisi kesehatan tersembunyi seperti anemia atau defisiensi vitamin D.

Risiko GTM yang Dibiarkan Terus-Menerus

GTM yang tidak ditangani dengan tepat dapat memicu kondisi serius seperti weight faltering dan stunting. Anak yang mengalami stunting tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tetapi juga penurunan kemampuan kognitif yang berdampak jangka panjang.

Penelitian menunjukkan bahwa stunting dapat menurunkan IQ anak hingga 10 poin. Bahkan weight faltering yang tampak ringan dapat menurunkan IQ 2–3 poin. Oleh karena itu, memastikan asupan gizi dan stimulasi berjalan beriringan menjadi kunci penting dalam tumbuh kembang anak.

Baca Juga : Hubungan Antara Pemenuhan Gizi dan Kualitas Tidur Bayi dan Toddler

Penutup

Menghadapi GTM memerlukan kesabaran, pemahaman, dan strategi yang tepat. Tidak ada solusi instan, tetapi dengan pendekatan yang konsisten, anak bisa melewati fase ini dan kembali menikmati proses makan. Pastikan setiap langkah yang diambil didasarkan pada pemahaman yang tepat, bukan hanya mitos yang berkembang di sekitar kita.

Ingin tahu lebih banyak insight menarik seputar MPASI dan tumbuh kembang anak dari narasumber terpercaya? Kunjungi video lengkap sesi bersama Dr. Deva melalui Instagram Crystal of the Sea di link ini. Dan jangan lupa untuk membaca update artikel-artikel kami selanjutnya yang akan membahas lebih dalam topik parenting lainnya.

Sumber : 

  • https://www.instagram.com/p/C-7zhC2SgOM/
crystal sea indonesia

crystal sea indonesia

Crystal of the Sea hadir mempersembahkan yang terbaik dari alam untuk Anda, kami berkomitmen sepenuh hati untuk terus menghasilkan produk berkualitas yang sehat dan lezat.

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

FOLLOW US

Apa berat badan anak masih dalam batas normal? Temukan jawaban akurat, faktor penentu, & …

Dukung masa pertumbuhan perempuan secara terbaik! Kenali setiap tahapan penting & nutrisi kuncinya (Kalsium, …

Sebagai konsumen yang peduli dengan kesehatan, Anda pasti menginginkan makanan yang aman untuk dikonsumsi. …